top of page

Manajemen Risiko dalam Upaya Penanganan COVID-19 – Aspek Higiene Industri

Edisi Juli - Agustus 2020


Sama halnya dengan kontaminan lainnya pada tempat kerja, higiene industri melihat penanganan risiko Sars-Cov 2 (virus penyebab penyakit COVID-19) melalui struktur pendekatan : antisipasi, rekognisi (identifikasi), evaluasi dan control (pengendalian).


Tahapan antisipasi dilakukan ketika pertama kali muncul epidemi di wilayah tertentu dimana diketahui potensi penyebaran dan cara penyebarannya. Kemudian, tahapan identifikasi mulai dilakukan dengan melakukan berbagai penelitian untuk mengetahui bagaimana karakteristik kontaminan yang akan kita tangani. Sebagai catatan, seiring dengan status darurat pandemi yang dicanangkan di kebanyakan negara-negara di dunia, perlu dipahami bahwa penelitian mengenai kontaminan ini masih banyak berlangsung dan berkembang dari hari ke hari. Adapun berbagai jurnal ilmiah yang muncul pada hari ini, bisa jadi belum mendapatkan peer review (untuk pengendalian kualitas ilmiah) dan dalam batasan tertentu, sehingga metodologi serta keterbatasan penelitian perlu dipahami secara mendalam dalam membaca informasi dalam jurnal ilmiah.


Adapun karakteristik kontaminan yang perlu kita pahami adalah:

1. Sifat / unsur kontaminan

Sifat /unsur kontaminan penting diketahui agar kita bisa memahami cara pengendalian kontaminan. Saat ini diketahui Sars Cov 2 adalah salah satu jenis enveloped virus, yang diselubungi oleh lapisan protein dan lipid.


Dibandingkan dengan virus non enveloped (adenovirus, hepatitis A), Sars Cov 2 pada dasarnya tidak stabil di lingkungan luar dan sangat mudah terurai jika lapisan luarnya terganggu. Oleh karena itu kestabilan Sars Cov 2 di makanan, air, feses cukup rendah.


2. Transmisi atau Route of Entry

Transmisi Sars Cov 2 yang saat ini diyakini ada dua yaitu

  • Melalui repiratory droplets langsung ke mata, hidung, mulut (saluran pernafasan)

  • Melalui fomites (permukaan benda yang terkena contact repiratory droplets) ke mata, hidung, mulut (saluran pernafasan)

Sebagai catatan belum ada laporan mengenai transmisi dari air, air limbah, makanan / bungkus makanan), maupun dari feses/urine.


3. Organ yang dituju (Target Organ)

Saat ini target organ utama adalah paru-paru, namun beberapa penelitian menunjukan adanya kemungkinan organ lain yang dituju.

A. Ketahanan di Permukaan Benda

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh van Doremalen N, Bushmaker T, Morris DH et al. berjudul Aerosol and Surface Stability of SARS-CoV-2 as Compared with SARS-CoV-2 juga penelitian oleh dan Kampf G, Todt D, Pfaender S, Steinmann E. berjudul Persistence of coronaviruses on inanimate surfaces and their inactivation with biocidal agents.

Diketahui ketahanan virus di benda adalah sebagai berikut:

  • Sampai dengan 72 jam di plastik dan stainless steel

  • Sampai dengan 4 jam di tembaga, dan

  • Sampai dengan 24 jam di karton.

Dengan catatan penelitian ini dilakukan di lingkungan yang terkendali, dengan kondisi suhu dan kelembapan yang diatur, sehingga perlu intepretasi secara seksama untuk aplikasinya di dunia nyata.


Penelitian juga menunjukan bahwa membuat virus tidak aktif dapat dilakukan dalam waktu 1 menit menggunakan disinfektan seperti 70% ethanol (alkohol) atau 0,1% sodium hypochlorite (bleach).


Rekomendasi untuk pekerja kebersihan, adalah sebagai berikut:

  • Pembersihan & disinfeksi rutin, dengan tambahan:

    • Penerapan langkah-langkah pembersihan dan desinfeksi di area umum (toilet, aula, koridor, lift, dll.)

    • Objek yang sering disentuh seperti gagang, tombol lift, pegangan tangan, sakelar, gagang pintu, dll.

    • Rencana pembersihan dan disinfeksi khusus untuk situasi di mana ada tamu atau karyawan yang sakit tinggal di tempat tersebut atau diidentifikasi dengan COVID-19 dalam beberapa hari setelah meninggalkan tempat usaha

  • Hal-hal berikut harus diterapkan untuk kamar atau area spesifik yang terpapar pada kasus COVID-19:

    • Permukaan apa pun yang menjadi kotor dengan droplet pernapasan atau cairan tubuh lain dari orang yang sakit, misal toilet, tempat cuci tangan, dan kamar mandi dibersihkan dengan larutan disinfektan rumah tangga biasa yang mengandung 0,1% sodium hipoklorit.

    • Permukaan harus dibilas dengan air bersih setelah 10 menit waktu kontak dengan klorin.

    • Pelatihan tambahan dalam persiapan, penanganan, aplikasi, dan penyimpanan produk (mungkin pada konsentrasi yang lebih tinggi dari biasanya).

    • Jika penggunaan bleach tidak cocok, misal telepon, peralatan remote control, pegangan pintu, tombol di lift, dll maka gunakan alkohol 70%.

    • Gunakan alat pembersih sekali pakai (atau disinfektasi alat pembersih yang tidak berpori dengan baik dengan larutan sodium hipoklorit 0,5% atau sesuai dengan instruksi pabrik sebelum digunakan untuk ruangan lain).

B. Ketahanan di Air

Seperti yang sebelumnya disampaikan, karena jenis virus ini envelop (dengan lapisan luar), maka ketahanan virus ini lingkungan tidak baik. Diketahui juga bahwa sifatnya tidak waterborne (tidak dapat bertahan dan duplikasi di dalam air). Berdasarkan penelitian diketahui penanangan air secara biasa (water maker system ataupun waste water system) sudah cukup untuk membuat virus tidak aktif. Pengurangan virus secara umum dapat dilakukan dengan peningkatan suhu, pH tinggi atau rendah dan cahaya matahari.


Virus korona manusia lainnya terbukti sensitif terhadap klorinasi dan desinfeksi dengan sinar ultraviolet (UV). Untuk disinfeksi terpusat yang efektif, harus ada konsentrasi residu klorin bebas ≥ 0,5 mg / L setelah setidaknya 30 menit waktu kontak pada pH <8,0. Residu klorin harus dipertahankan di seluruh sistem distribusi

Pengendalian risiko untuk pekerja water treatment, adalah sebagai berikut:

  • Penggunaan alat pelindung diri (best practice), adalah sebagai berikut:

    • Sarung tangan heavy duty,

    • sepatu bot,

    • masker,

    • kacamata atau pelindung wajah,

    • baju lengan panjang tahan air (gown) atau apron

  • Dikenakan setiap saat ketika menangani atau mengangkut kotoran di luar, dan harus sangat berhati-hati untuk menghindari percikan dan pelepasan tetesan.

  • Kebersihan tangan dan praktikkan jarak fisik saat bekerja.

  • Setelah menangani limbah dan sekali tidak ada risiko paparan lebih lanjut, individu harus dengan aman melepas APD mereka dan melakukan kebersihan tangan sebelum memasuki kendaraan transportasi.


C. Keamanan Pangan (Food Safety)

Sampai dengan saat ini belum ada laporan mengenai transmisi dari makanan maupun penanganan makanan. Penelitian menunjukan jenis virus korona tidak dapat multiplikasi di dalam bahan makanan. Disimpulkan penerapan food safety management system yang umum, sudah cukup untuk digunakan sebagai bentuk pengendalian risiko.


Tambahan pengendalian risiko yang dapat dilakukan oleh pekerja pangan, adalah sebagai berikut:

  • Perkuat langkah-langkah kebersihan pribadi dan berikan pelatihan penyegaran tentang prinsip-prinsip kebersihan makanan untuk menghilangkan atau mengurangi risiko kontaminasi makanan.

  • Staf yang bekerja di tempat makanan harus diberikan instruksi tertulis dan pelatihan tentang cara mencegah penyebaran COVID-19.

  • Alat Pelindung Diri (APD), seperti masker dan sarung tangan, bisa efektif tetapi hanya jika digunakan dengan benar.

  • Sangat disarankan untuk menerapkan langkah-langkah kebersihan dan sanitasi secara fisik dan jarak jauh.

  • Promosikan cuci tangan dan sanitasi yang sering dan efektif di setiap tahap pemrosesan makanan, pembuatan, dan pemasaran.

  • Menjaga tenaga kerja yang sehat, dan mendeteksi dan mengecualikan penjamah makanan yang terinfeksi dan kontak langsung mereka dari tempat kerja (yaitu Fitness For Work / Task rutin).

  • Kebijakan untuk kembali bekerja bagi staf yang telah terinfeksi dan pulih dari COVID-19 harus ada. Sebagai catatan :

    • WHO merekomendasikan bahwa kasus yang dikonfirmasi dapat dilepaskan dari isolasi begitu gejalanya sembuh dan mereka memiliki dua tes PCR negatif setidaknya 24 jam terpisah.

    • Jika pengujian tidak memungkinkan, WHO merekomendasikan bahwa pasien yang dikonfirmasi dapat dilepaskan dari isolasi 14 hari setelah gejala sembuh.

D. Ketahanan di Udara

Sebagaimana diketahui bahwa penyebaran virus terjadi karena penyebaran droplet pernafasan. Droplet dari sistem pernafasan ini ukurannya cukup besar sehingga cukup mudah untuk jatuh (karena gravitasi) sehingga tidak di anggap airborne. Walaupun demikian ada potensi kontaminan ini akan berada lebih lama di udara jika: air flow ventilasi mengdisrupsi jatuhnya droplet, jumlah kontaminan banyak di dalam suatu ruangan (misal ICU rumah sakit), droplet secara mekanis teraeosol.


Pengendalian risiko melalui sistem ventilasi:

Secara umum, American Society of Heating, Refrigeration, Air Conditioning Engineers (ASHRAE) membuat pernyataan mengenai posisi mereka, sebagai berikut:

  • Pengadaan Heating, Ventilation and Air Conditioning (HVAC) lebih banyak manfaat dibandingkan dengan potensi risikonya.

  • Ventilasi sendiri tidak mampu menangani semua aspek pengendalian infeksi.

  • Variabel yang paling relevan untuk desain dan kontrol HVAC adalah dengan mengganggu jalur transmisi aerosol infeksius.

  • Dampak sistem HVAC akan bergantung pada lokasi sumber, kekuatan sumber, distribusi aerosol yang dilepaskan, ukuran tetesan, distribusi udara, suhu, kelembaban relatif, dan penyaringan.

Standard ASHRAE berikut tetap berlaku:

  • Fasilitas layanan kesehatan memiliki kriteria untuk desain ventilasi untuk mengurangi penularan penyakit menular melalui udara (Standard 170, 2013, 2017a, 2019a);

  • Persyaratan ventilasi dan kualitas udara umum (Standar 62.1, 62.2, 2019a, 2019b, 2017a);

  • ASHRAE tidak menyediakan persyaratan khusus untuk pengendalian penyakit menular di rumah, sekolah, penjara, tempat penampungan, transportasi, atau fasilitas umum lainnya.

Berdasarkan penilaian risiko, berikut ini adalah beberapa hal yang terbukti mengurangi risiko kontaminan dalam udara (berdasarkan ASHRAE):

  • Penyaringan yang ditingkatkan (nilai pelaporan efisiensi minimum yang lebih tinggi [MERV] memfilter di atas kode minimum di ruang yang padat penghuni dan / atau berisiko lebih tinggi).

  • Penambahan Ultraviolet Germicidal Irradiation (UVGI) sebelum pasokan aliran udara.

  • Ventilasi pembuangan lokal (Local Exhaust Ventilation) untuk kontrol di sumber.

  • Sistem ventilasi yang dipersonalisasi untuk tugas-tugas berisiko tinggi tertentu (misal powered air supply untuk petugas medis).

  • Filter portabel, berdiri sendiri efisiensi tinggi partikulat udara (HEPA).

  • Kontrol suhu dan kelembaban (sesuai kontaminan yang dituju).


Rekomendasi ventilasi untuk bangunan (bukan fasiltas kesehatan)

  • Tingkatkan ventilasi udara luar.

  • Tingkatkan udara sentral dan filtrasi HVAC lainnya ke MERV-13 (ASHRAE 2017b) atau tingkat tertinggi yang dapat dicapai.

  • Biarkan sistem bekerja lebih lama (24/7 jika mungkin).

  • Tambahkan pembersih udara ruangan portabel dengan HEPA atau filter MERV tinggi dengan mempertimbangkan tingkat pengiriman udara bersih.

  • Tambahkan perangkat UVGI yang dipasang saluran atau unit penanganan udara, ruang atas, dan / atau portabel dalam kaitannya dengan kipas di dalam ruangan di ruang berkepadatan tinggi seperti ruang tunggu, penjara, dan tempat berlindung.

  • Pertahankan suhu dan kelembaban sebagaimana berlaku untuk aerosol yang menular yang menjadi perhatian.

  • Bypass sistem ventilasi pemulihan energi yang bocor yang berpotensi terkontaminasi, kembali ke pasokan udara luar


Rekomendasi ventilasi untuk bangunan (fasiltas kesehatan)

  • Tangkap aerosol ekspirasi dengan exhaust headwall, tenda atau snorkeling dengan exhaust, partisi lantai ke langit-langit dengan pasokan pintu dan exhaust pasien, penyaringan tingkat HEPA udara lokal.

  • Exhaust untuk toilet dan bed pan (wajib).

  • Pertahankan suhu dan kelembaban sesuai kontaminan yang dituju.

  • Memberikan udara bersih kepada petugas perawat.

  • Pertahankan unit perawatan intensif (ICU) dan kamar perawatan yang di suspect infectious bertekanan negatif .

  • Berikan 100% exhaust untuk kamar pasien.

  • Gunakan UVGI.

  • Meningkatkan air exchange rate

  • Menetapkan program HVAC ke rencana pergantian kamar pasien sebelum penempatan kembali oleh pasien lainnya.


 

Referensi :



Newsletter dapat diunduh di sini.

Newsletter_Manajemen Risiko dalam Upaya
.
Download • 843KB


Featured Posts
Recent Posts
Archive
Search By Tags
Follow Us
  • Facebook Basic Square
  • Twitter Basic Square
  • Google+ Basic Square
bottom of page